SELAMAT DATANG DI WEBSITE DINAS KOPERASI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DAN PERINDUSTRIAN KOTA BALIKPAPAN

Jalan Lain Setelah Ditimpa Kebakaran

Thursday - 08 September 2016 - Dibaca: 1096 kali

Melihat Penggiat Manik-Manik di Art Gallery and UKM Center

PROKAL.COWati Rahman yang terlahir sebagai perempuan dari suku Dayak Ngaju. Ia kemudian mendirikan usaha Bahalap Gem Stone sejak tahun 1993. Tidak hanya memproduksi dan menjual produknya sendiri, Wati juga meyuplai kerajinan manik dan rotannya ke beberapa toko di Pasar Kebun Sayur.

 ESA FATMAWTI

 NAMA Bahalap semakin dikenal berawal dari keberhasilan Wati menjuarai lomba Desain Tingkat Kecamatan yang diadakan oleh Disperindagkop pada tahun 2006, yang kemudian membawanya sebagai juara 1 di lomba tersebut. Dia kemudian mulai dipromosikan dan dikenal sebagai pemilik Bahalap. Hingga kini, Wati dikenal dengan Wati Bahalap.

Sebelum 2006, Wati memiliki sebuah toko di Kawasan Pasar Inpres Kebun Sayur, tapi sayangnya, kebakaran menghanguskan seluruh dagangannya hingga tak bersisa. Tidak patah arang, wati lantas menjual petak yang ia miliki dan melanjutkan usahanya dengan uang yang dimilikinya.

Informasi mengenai lomba ia dapatkan saat berada di tempat evekuasi kebakaran. Beruntung, Wati masuk sebagai juara pertama dan mendapat kesempatan dari Disperindagkop untuk memperkenalkan usahanya. “Alhamdulillah, setelah juara itu kesempatan saya terbuka, mulai banyak yang tau usaha saya, banyak yang order dan saya mulai mengenal Disperindagkop,” kenangnya.

Setelah itu Wati mulai rajin mengikuti pameran demi pameran yang diadakan oleh Disperindagkop. Hingga dalam perjalanannya, usaha Wati kemudian menjadi salah satu usaha di UMKM Disperindagkop Balikpapan. “Dari situ saya mulai ikut pameran-pameran dan akhirnya bisa menyicil rumah. Setelah kebakaran, Allah malah menunjukkan saya jalan rizki lain,” tuturnya.

Wati membuat sendiri kerajinan yang ia jual seperti kalung, gelang, tas, hingga tikar. Meskipun tidak memiliki toko sendiri, Wati rajin mengikuti pameran, sehingga banyak yang mengenal Bahalap Gem Stone.

Untuk tikar, Wati memproduksinya sendiri, berbahan rotan yang diambil langsung dari daerah asalnya sebagai orang Dayak Ngaju, ia juga menganyam tika tersebut sendiri. Satu tikar dapat ia selesaikan kurang lebih 10 hingga 15 hari. Ada motif pakis, mangrove, dan tanaman lain khas Kalimantan.

Wati mempelajari keterampilan menganyam tikar berkat pelajaran di masa kecil di keluarganya yang merupakan suku Dayak Ngaju. “Dari kecil saya masih tinggal di daerah, saya sudah diajari menganyam tikar," jelasnya.

Selain tikar, ia memproduksi sendiri gelang, kalung, dan berbagai hiasan dari manik-manik khas suku Dayak Kenya. Bahan-bahan produknya didapat dari Samarinda. Sehari, Wati dan satu orang pengrajinnya dapat menyelesaikan 100 hingga 200 gelang per hari. Namun jika mengerjakannya sendiri, Wati mampu menghasilkan 50-an gelang.

Pengrajin Wati adalah ibu rumah tangga dan anak-anak di sekitar komplek rumahnya di kawasan Sepinggan Pratama. Sistem yang ia gunakan tidak terikat, jadi jika pengrajin sedang ingin libur, dia mengerjakannya sendiri. "Ada lebih dari 10 pengrajin, kalau yang ibu rumah tangga saya percayakan, saya kasih bahan untuk mereka buat di rumah sendiri. Jadi mereka tidak perlu meninggalkan anak-anak mereka," tambah dia.

Untuk tikar, Bahalap Gem Stone menawarkan harga mulai 400 ribuan hingga 500 ribuan rupiah. Sedangkan untuk kerajinan berbahan dasar manik, harga yang ditawarkan mulai dari 10 ribuan hingga ratusan ribu. Selain kerajinan berbahan rotan dan manik, Bahalap juga menyediakan tas berbahan kombinasi tikar dan manik.

Satu tas tangan baik dengan hiasan manik atau biasa, dibanderol mulai Rp 50 ribu hingga ratusan ribu. Menurutnya, harga tas tersebut memang cenderung mahal, misalnya tas tangan santai lengkap dengan hiasan manik, yang dijual Rp 525 ribu. "Mahal karena memang jarum yang digunakan bukan seperti jarum kebanyakan. Jarum juga harus disesuaikan dengan lubang maniknya, jadi agak mahal karena perlu kehati-hatian dalam membuatnya," Jelas Wati.

Untuk dapat menemui Wati, pelanggan cukup mengujunginya di Art Gallery and UKM Center, Dekranasda Balikpapan, yang berlokasi di Balikpapan Sport Convention Center (BSCC) Dome Balikpapan.

Disini, Wati menjamin, harga yang diberlakukan adalah harga perajin, sehingga terjangkau dan lebih murah. Tak ada tambahan, apapun, hal ini karena komitmen Wati memasarkan produk/aksesoris khas Kalimantan sebagai oleh-oleh yang wajib dibawa. (bp-21/war)

Sumber : http://balikpapan.prokal.co/read/news/197148-jalan-lain-setelah-ditimpa-kebakaran.html